Thursday, July 26, 2018

Penghujung dan Kewajiban

Hello! It's 00:53 AM now.

Yup, i have not taken a night sleep yet.

Time flies, so fast.
Udah lama gue ga share something di blog ini. Ga terasa juga ternyata tiga bulan ke depan, akan tepat setahun sudah gue menjalani studi lanjutan ini. Again, gue hampir tiba di salah satu 'penghujung' lain di perjalanan hidup gue. Salah satu penghujung, iya. Karena bagi gue, dan gue yakin bagi kalian dan (hampir) semua orang juga, ada beberapa step dalam hidup yang dijadikan sebagai sebuah tolak ukur atas pencapaian diri dan perjalanan hidup. Ada beberapa titik 'perhentian' atau 'persinggahan' yang dianggap sebagai langkah-langkah besar dan signifikan dalam hidup. 

Gue sendiri pun ga tau pasti tentang keseluruhan 'penghujung' di hidup gue. Yang pasti, penghujung terakhir yaa titik dimana ruh gue meninggalkan raga (bahasanya agak sastra dikit yak wk) - dipanggil kembali oleh Allah Yang Maha Esa. Permulaannya? Mungkin salah satunya dimulai pas gue baligh? atau pas adek pertama gue lahir dan lantas menggugurkan status gue sebagai anak tunggal pas di TK dulu? pas gue mulai sekolah? atau pas gue sertijab di Paskib pas SMP dulu? entah yang mana. Yang jelas, makin dewasa tua ini, makin jelas terlihat mana yang layaknya menjadi beberapa "penghujung" di hidup gue. Yang alhamdulillah udah berhasil dilaluin sih bangkit dari kekecewaan ga dapet PTN atau PTK dan memutuskan untuk masuk ke PTS. Salah satu yang udah dilewatin juga, berhasil melalui masa-masa kritis mental dan semangat yang semakin parah menjelang skripsi sampe akhirnya berhasil lulus sidang dan diwisuda. Nah, yang udah nampak di depan mata nih, sebentar lagi, yaitu akhir dari studi lanjutan yang lagi gue jalanin sekarang.

Yang gue tangkep dari beberapa titik "penghujung" yang udah gue lewatin, adalah selalu adanya kewajiban yang harus digugurkan. Contohnya pas mau masuk kuliah itu, posisinya gue udah sangat kecewa dan rendah diri, tapi mau gamau gue punya kewajiban untuk menentukan mau kuliah dimana, sesuai keinginan orangtua yang ingin gue melanjutkan ke pendidikan tinggi selepas SMA. Akhirnya, di hari terakhir pendaftaran PTS yang bersangkutan, gue daftar. Iya, tepat di hari terakhir, karena sebelumnya itu ga gua jadikan pilihan, hanya alternatif. Buat gue dulu, terlebih karena lingkungan SMA yang dipenuhi teman-teman yang luar biasa pintar dan berprestasi, gaada kata PTS sebelum gue mencapai titik usaha terakhir. I did tried, not just once nor twice, and I was (still) not atmitted, so there i went - applying to private university. Emang bukan rezeki gue, dan gue harus kuliah, itu pertimbangannya.

Di kasus lain, di penghujung studi program sarjana, gue harus menggugurkan kewajiban berupa tugas akhir (skripsi) dan sidangnya. Jatuh bangun iya, procrastinating? still. Alhamdulillahnya karena gue anaknya paling gamau ketinggalan sendirian di belakang, akhirnya gue selesai tepat waktu, sidang di kloter kedua dari tiga kloter yang disediakan. Sidang sebelum temen-temen dari program reguler mulai sidang, sesuai keinginan gue (yang anaknya minderan ini), Alhamdulillah nya Allah kasih kemudahan.

Saat ini, semester (or should i say it trimester?) kedua gue di program pascasarjana hampir rampung. Sisa pertemuan terakhir (ujian) untuk dua matakuliah, dan satu matakuliah yang tersisa beberapa pertemuan. Kemarin - iya - kemarin banget, gue dapet kabar dari temen jurusan lain bahwa pihak kampus minta anak-anak angkatan gue untuk nyetor calon judul thesis beserta usulan DP nya sebelum tanggal 15 Agustus. Gue yang lagi duduk di hadapan laptop, kedinginan di bawah lobang AC di kantor, mendadak kaku. Sakit perut, mulai gemeter. Seketika browsing cari-cari inspirasi topik thesis. Iya, telat emang. Sebelumnya bukannya gapernah nyari, tapi masih belum nemu. Kemarin juga sih, sama. ehehe. 

Kewajiban yang harus gue selesaikan dalam waktu dekat adalah nyetor calon tema (dan judul) serta calon DP thesis. Selanjutnya? ya garap tesis sampe selesai. Submit jurnal ke tingkat nasional atau internasional (semoga ga harus) biar bisa dapet hak untuk sidang. Masih tiga langkah lagi. Empat deng, sama nyelesain sisa matakuliah dan sks. 

Di 'penghujung' kali ini, gue "ditantang" lebih lagi. Setingkat lebih sulit dari menggugurkan kewajiban program sarjana dulu. Dua tingkat lebih sulit mungkin, karena posisinya kali ini (Alhamdulillah) gue sambil kerja, harus pinter-pinter ngakalin dan bagi waktu. Belum semangat, tapi harus. Segera. Dalam waktu dekat.

Perihal kewajiban, gak ada jalan keluar lain. Ia memang harus dijalani, harus digugurkan. Kalau ndak, ya gaakan bisa beralih ke titik lainnya, ke kewajiban-kewajiban lain yang menanti di depan. Pun iya, karena belum selesai, ujungnya yaa akan harus balik lagi menyelesaikan kewajiban yang tadinya (sempat) ditinggal di belakang. Bismillah, semoga Allah mudahkan.

Kali ini, seperti dua 'penghujung' ku sebelumnya, niatnya masih sama. Menggugurkan kewajiban sebagai anak, sebagai mahasiswi. Bertanggungjawab atas rizki dan kesempatan yang Allah titipkan. Satu lagi, biar ndak jadi orang yang malas dan tertinggal (tertinggal di sini maksudnya gak menyelesaikan kewajiban ketika orang-orang lain sudah selesai ya). Udah, itu aja.

Perihal penghujung, ini jelas bukan yang terakhir (semoga). Yang jelas juga, kewajiban yang akan mengeluarkanku dari pintu penghujung ini memang harus digugurkan.

Dah, intinya semua harus selesai.
Bismillah, semoga Allah mudahkan dan lancarkan.
Minta bantu didoakan ya, teman-teman!
Doa yang sama, untuk kelancaran segala urusan kalian.

Sudah dulu, besok ngantor.
Selamat Malam!

Eh, lagi, Selamat Pagi! (:


Continue Reading...

Friday, April 6, 2018

X DISCLAIMER X

Setiap gue cek statistik blogger (yang udh lebih dari 1 semester ini jarang bgt gue akses), traffic blog gue selalu ramai. Ya, masih terhitung sangat ramai untuk ukuran gue yang bukan siapa-siapa, up until now.

You know what? The one and only post which is visited, read, and also commented the most is the one regarding SARMAG.
When i google 'Sarmag Gunadarma' or 'Sarmag Universitas Gunadarma', my post even listed as the first - on the very top of the list. Gua ga heran sih, karena sampe saat ini jumlah visit post nya ada di angka 4542, while the second most-visited article has been read for 1095 times. Jauh banget kaan selisihnya.

Karena itu, sekarang gua yang sudah sangat lelah ini mau sedikit kasih 'tips' buat teman2 yang mengunjungi blog/artikel gua dan mungkin merasa menemukan secercah harap atau pencerahan dari artikel tersebut.

Saat ini, di titik ini, gua ga merekomendasikan, ga menyarankan siapapun yang diundang untuk taken contract dan masuk program tersebut. Kenapa? Alasan exact nya gua gaakan kasihtau disini, you could ask me personally. Tapi kalo kalian emang niat banget lillahi ta'ala mau jadi dosen dan pengen cepet dapet beasiswa s2 gapake susah-susah nyari, monggo ajaa diterima, balik lagi ke niat dan pribadi masing-masing. Kalo emang mantep mau masuk program itu, gua cuma kasih saran kalian harus super sabaaaar selama jalanin prosesnya. Not literally sabar, but super sabar dan husnudzan. Itu aja.

As a disclaimer for you guys, gua cuma mau ngingetin bahwa lu hidup cuma satu kali. Pikirin segalanya mateng-mateng, baik-baik, yang muslim shalat istikharah dah, komunikasi dan minta saran orangtua, banyak cari tahu sendiri (inisiatif) atau tanya kalo emang minim banget sumber pengetahuan.

Jangan gampang terbuai sama janji-janji manis ya darl, karena keadaan bisa berubah kapanpun. Kalau lu tanda tangan kontrak, kontrak apapun itu, sama perseorangan, instansi atau perusahaan manapun, baca tuh kontrak baik-baik yaa. Jangan sampe point2 yang tercantum di kontrak hanya berupa kewajiban lu aja, sementara hak nya ga tertulis dan terjabarkan secara rinci. Catet yaaah manteman. Ehehe

Dah gitu aja. Again, if you wanna know anything or have any questions regarding this matter, you could ask me or the other 97 members of sarmag 2013. I would gladly help you if i have the time and opportunity.
Dah gitu aja. Sebenernya gua bikin post disclaimer ini bener-bener berharap kalian baca, dengan harapan agar post gua yang lalu itu ga malah menjerumuskan siapapun ke keputusan yang nantinya mereka syukuri atau malah sesalkan. Hehe

Anyway, have a good night! Eh udah pagi deng. Have a good rest all! (:
Continue Reading...

Tuesday, December 12, 2017

Suatu Tujuan, Jembatan, dan Para Pengembara.

Alkisah, ada suatu tempat yang dikatakan sangat indah. Membahagiakan, tak hanya bagi orang yang menapakinya, namun juga siapapun yang membersamainya di sepanjang perjalanan menuju-nya. Sebanding dengan keindahan yang dijanjikan, letaknya pun jauh. Sulit dicapai. Nyaris tak tersentuh. Bahkan untuk menuju-nya saja pun harus melalui sebuah jembatan. Jembatan tunggal, yang ternyata daya nya tak sekuat apa yang dibayangkan. Jembatan tanpa tiang yang membantu menyokong nya agar tetap tegak dan seimbang.

Pun demikian, para pengembara tetap mencoba melewatinya. Menaruh kepercayaan penuh, berbaik sangka bahwa si jembatan akan mampu menahan beban dan membawa mereka hingga sampai di seberang, di tujuan. Setelah berjalan dengan penuh kesabaran dan kehati-hatian, mereka pun sampai di tengah perjalanan. Sayang, jembatan itu mulai tak imbang, berat pada satu sisi nya. Cepat atau lambat ia akan patah, menjatuhkan mereka yang bergantung pada kekuatannya.

Para pengembara pun panik, banyak dari mereka mulai pasrah dan bersedih hati. Kecewa. Beberapa berandai jika saja mereka tak pernah berkeinginan untuk menuju ke seberang sana, jika saja mereka tak menapakkan kakinya diatas jembatan untuk kemudian berjalan menggantung di atas jurang.

Pada akhirnya, hanya sedikit. Hanya sedikit yang masih mau mencoba meneruskan perjalanannya dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga, sembari masih menaruh harap dan kepercayaan atas daya si jembatan. Hanya sedikit yang masih mampu berbaik sangka bahwa mereka akan dapat sampai di seberang untuk terus menuju ke tujuan dengan aman.

Karena pada dasarnya, tak ada yang tahu. Tak ada yang tahu kapan si jembatan akan benar-benar patah. Patah dan jatuh ke satu sisi jurang. Meremukkan hati dan tubuh para pengembara sebelum sampai ke tujuan. Bahkan, sebelum mereka sampai di seberang.

Continue Reading...

Saturday, May 13, 2017

SKom. Soon to Be.

Hey buddy! lama bgt ga ngepos yaaa haha. Bahkan sampe ga inget kapan terakhir kali ngepos di blog ini. These past months i just got sooo busy with college, since i am a last year student now. hehe. These past two months i was also burried in my undergraduate thesis. Been working on it since the beginning of March, first it was scheduled to finish in April but yea im still workin on it hehe. Semoga skripsi saya dan teman-teman SMSI04 serta SARMAG 2013 diberikan kelancaran dan selesai tepat waktu yaa, Aamiin. I appreciate all of you guys yang ikut mengaminkan, semoga kemudahan dan kelancaran yang sama Ia berikan pada setiap urusan kalian, Aamiin.

Nah sebenernya di Sarmag tuh kan emang dari awal diwanti kalau skripsian bakal full in english dan dikasih waktu sekitar dua bulan untuk rampung, but as usual things dont always go as planned. Alhamdulillahnya sih sampai sekarang belum ada kabar deadline untuk mulai sidang kapan, dari yang katanya bakal mulai awal Mei. Baiknya jadi saya dan teman-teman yang skripsinya belum rampung masih bisa ngerjain lagi sebelum ditagih deadline sama pihak kampus. But yea we all try to work on it as fast and as good as we can.

Target wisuda menjelang akhir tahun ini, Insyaa Allah target saya sudah set dan harus bisa dicapai gapakai acara molor karena human error haha Aamiin. Excited at once but also... idk how to say this. Neither afraid nor confuse about what's going to happen next then. One thing for sure is, ya karena udah terikat kontrak juga, seselesainya those skripsi and sidang and wisuda stuff nanti saya bakal langsung lanjut sekolah master tanpa jeda untuk bekerja dulu. Hmm dilemma bgt sih perihal ini, karena di umur yang udah segini bukan waktunya lagi untuk minta ongkos tiap bulan sama orangtua yang notabene sudah berjuang memenuhi kebutuhan rumah tangga. Liat temen-temen lain yang juga udah pada lulus dan akan lulus lalu mulai kerja dan bisa memenuhi kebutuhan finansialnya sendiri, rasanya bahagia haru campur sedih juga. But yea ill figure that out later, selama ada semangat buat berusaha, Insya Allah akan baik-baik aja dan dibukakan jalan lain nantinya, thats what He promised. Yang penting saya memenuhi tanggungjawab yang sudah saya bubuhkan tanda tangan diatas materai dulu nanti setelah lulus, dan yang paling penting mah skripsi saya kelar dulu dan lulus sidang biar bisa wisuda haha Aamiin.

So for all my friends who are in the same situation, lets fight and get through it all together! Insyaa Allah mimpi kita semakin dekat, dan dengan itu pula semoga limpahan pertolongan dan kemudahan Ia berikan agar niat baik kita dapat segera tercapai. Semangat selalu, jangan lupa baik-baik dan minta do'a sama orang tua, as they are our best support system other than God. Salam hangat dan semangat wahai para pejuang skripsi, terus bergerak karna wisuda menanti!

Well that's all from me, cuma mau nyapa dan nyampah di blog ini aja considering i havent done it for so long haha. Terimakasih kalian yang masih menyempatkan mampir dan membaca beberapa artikel di blog ini yang ga saya kira views nya bisa sampai sebanyak itu. Terimakasih juga khususnya yang menyempatkan membaca tulisan tidak berfaedah ini haha semoga tetap ada (setidaknya) secuil manfaat yang bisa kalian dapat. Well stay healthy and keep shining, buddy!

Regards,
Aninda Restu Utami, (soon to be) SKom.


Hehe. (:
Continue Reading...

Saturday, November 5, 2016

Prihatin.

Sejak beberapa hari lalu orang-orang ribut membicarakan tentang "Demo 4 November". Media masa berlomba-lomba mencari dan menerbitkan berita, reporter sibuk bepergian sana-sini mencari narasumber, bahkan ada juga oknum politikus dan beberapa pihak yang saling berprasangka menuding satu dan lainnya, dan banyak dari kita - orang awam dibuat bingung dan "terbakar" oleh apa yang diungkap media massa. Banyak dari kita terbawa suasana tanpa benar-benar tau apa yang terjadi sebenarnya, banyak dari kita akhirnya ribut sendiri, saling beradu opini di media sosial ataupun obrolan, lantas tanpa sadar saling merendahkan, hingga munculnya ketegangan pun tak dapat dihindarkan. 

Wahai teman-teman sesama Warna Negara Indonesia, mungkin memang bukan kapasitas saya untuk mengatakan ini. Mungkin saja saya juga terbawa opini-opini dari media massa dan berbagai pihak lainnya. Saya juga bukan orang bijak, bukan kaum priyayi yang pandai beragama, bukan juga politikus yang pandai mengumbar kata. Saya juga bukan aktivis mahasiswa yang aktif terlibat dalam kegiatan bela negara ataupun keagamaan. Tapi saya hanya ingin mengatakan ini saja, teman, tolonglah jadi masyarakat yang cerdas. Jangan mudah terbawa suasana lantas hati dan pikiranmu terbakar hingga bersitegang. Cerdaslah untuk menyaring segala pemberitaan yang kau "telan", coba lihat segalanya dari banyak pandangan. Karena sesungguhnya bias hanya akan membawamu pada satu sudut pandang tanpa mungkin benar-benar mengetahui apa yang benar.

Saya sendiri tak "turun ke jalan" hari ini. Saya bahkan baru benar-benar tahu apa itu "Demo 4 November" yang ternyata sebenarnya adalah 'Aksi Damai 4 November' pada hari kemarin, setelah membaca berita dari berbagai sumber. Iya benar, saya seorang muslim, dan seorang warga Jakarta, jadi mungkin saja diantara kalian ada yang menganggap bahwa apa yang saya kemukakan juga bias. Boleh saja, silahkan. Karena semua orang bebas menentukan opini dan pemikirannya masing-masing. Tujuan saya? Tentu saja hanya mengungkapkan opini, keprihatinan, dan mungkin sedikit saran.

Banyak mereka di luar sana yang menganggap bahwa topik ini terkait dengan masalah politik semata. Atau jika orang mengaitkannya dengan masalah agama dan keyakinan, maka mereka adalah orang-orang yang berlebihan, lebay. Banyak tulisan yang beredar bahwa jika kita orang cerdas maka tak seharusnya turun ke jalan - yang bisa diartikan bahwa mereka yang turun ke jalan adalah orang-orang yang "bodoh". Banyak tulisan juga yang beredar bahwa "Kalau memang agama dilecehkan, dinistakan, toh Tuhan tak akan diam" dengan tujuan menghakimi mereka yang berkeputusan untuk turun ke jalan. Banyak juga yang membandingkan dengan tragedi yang pernah terjadi di masa lampau - pengeboman yang mengatasnamakan agama, dsb. Orang-orang berlomba menguatkan alibi mereka masing-masing. Ada juga oknum yang membela mereka yang turun ke jalan dengan membodohi mereka yang tak turun ke jalan, dikatakan tak peduli agama, dsb. Orang-orang sibuk untuk saling menebarkan pemikiran, hingga tanpa sadar membuka kesempatan bagi oknum-oknum tak bertanggungjawab yang ingin memanfaatkannya untuk menebar kebencian, memicu perpecahan.

Terlepas dari status saya sebagai seorang muslim, saya menghargai keputusan setiap orang untuk berunjuk rasa. Silahkan, toh ini negara demokrasi, jadi halal saja. Asal demo atau unjuk rasa dilakukan secara santun dan damai, tak melanggar norma-norma. Tak hanya karena ini perihal umat islam, kalian yang dari non muslim atau etnis apapun dipersilahkan melakukan unjuk rasa, asal dikawani dengan tatakrama. Mengganggu para pengguna jalan? iya, tentunya. Tapi jika memang unjuk rasa adalah satu-satunya jalan agar tuntutan didengarkan, agar keadilan dapat ditegakkan, agar dapat menutup jalan bagi pihak-pihak manipulatif yang dapat memutarbalikkan fakta dan keadaan, kenapa tidak?

Aparat pun telah menyanggupi untuk mengawal proses berjalannya, bahkan panglima TNI mendukung karena yakin aksi dapat dijalankan secara damai, lalu siapa kalian berhak mengatai mereka bodoh dan sebagainya karena berniat ikhlas turun ke jalan demi menuntut ditegakkannya hukum dan kebenaran? Apalagi kalian yang satu keyakinan, saudara sesama muslim, mengatai bahwa "jihad" mereka tak beralasan, hanya menyusahkan. Apa kalian sendiri paham makna jihad? pernah berjihad? mampu berjihad? maka itu janganlah ini dijadikan olokan. Tak dapatkah kalian lihat di barisan sana ada ulama-ulama besar, habaib, dan bahkan seorang imam besar masjid nabawi ikut turun ke jalan demi membela derajat Qur'an? Apakah mereka yang kalian katai bodoh, tak cerdas, tak bijak, atas keputusannya turun ke jalan? siapalah kalian untuk berkata demikian? lebih tinggi kah, lebih bijak kah, lebih baik kah derajat kalian di mata Tuhan dibandingkan mereka?

Saya hanya ingin bilang, melihat siapa tokoh-tokoh yang juga menggerakkan aksi damai kemarin, bahwa semua tindakan pasti telah dipikirkan matang-matang, dengan berbagai alasan. Maka itu cukuplah untuk tidak ikut-ikutan jika kalian memang tidak suka dan tak sepaham. Jangan jadikan rasionalisme sebagai alasan untuk lantas bertindak seakan pintar lalu menghujat habis-habisan. Hargai saja, do'akan agar tak ada fitnah dan provokasi lebih lanjut yang dapat memecah persatuan. Doakan saja agar segala proses dapat berjalan secara adil dan jujur, secara semestinya. Doakan saja agar seluruh komponen dari bangsa ini senantiasa berada dalam lindungan Tuhan. Doakan saja, Doakan saja... Karena terlepas dari apapun, kita tetaplah satu bangsa dan kesatuan...


Salam,
Seorang mahasiswi yang belum kompeten, seorang rakyat awam.
Continue Reading...

Followers

Follow The Author