Showing posts with label latepost. Show all posts
Showing posts with label latepost. Show all posts

Tuesday, July 26, 2016

Time, Distance, and Sincerity

Minggu, 4 Juli 2016...

Haloo! It's 11.14 pm here, i should have gone to bed, but here i am lying alone in the living room while everyone's already fall asleep in their rooms. Mau sedikit berbagi cerita aja, setelah hari ini seperti terbawa kembali ke masa-masa beberapa tahun lalu. Lebih detailnya ke masa sekitar empat sampai tahunan lalu, wah jadi berasa deh tua nya haha. 4-5 tahun lalu? iya, masa kelas 2 dan 3 SMA. Emang bener ya, just like they say, high school memories are too precious to be forgotten. I could never forget, i guess. Dan sebenarnya apa yang mau saya share ini bukan sekadar tentang high school memories sih, tapi lebih ke esensi dibalik sebuah pertemanan. Oh no, ga cuma untuk pertemanan sebenarnya, tapi untuk all kinds of relationship in this world, baik hubungan pertemanan, keluarga, ataupun sama pasangan nantinya.

Jarak dan waktu, ga dipungkiri kadang emang jadi suatu barrier dalam hidup. "Ah jauh banget nih, kejauhan","Yah waktunya ga pas lagi ya, miss mulu nih", dan banyak ungkapan lainnya yang mengeluhkan batasan jarak dan waktu. Tapi coba lagi deh kita liat lebih dekat, apa sih yang ga dibatasi oleh jarak dan waktu? Bahkan kalian sama keluarga sendiri aja coba ya, misalkan tinggal serumah, tapi pasti kan setiap orang punya urusan, kegiatan, kesibukannya masing-masing. Banyak kasus anak masih tidur orangtua udah berangkat kerja, udah tidur pas malam eh orangtuanya baru pulang. Pas anak udah besar? kebalikannya, orangtua udah tidur, si anak baru pulang entah sibuk sama kegiatan organisasi sekolah/kampus, nugas kelompok, atau pulang kerja. Dan ga mungkin kita berada di tempat yang sama dengan keluarga ataupun sahabat dan kerabat kita dalam kurun waktu 24 jam selama 365 hari dalam setahun nya kan? Karena itu, saya bilang batasan waktu dan jarak itu selalu ada, dengan siapapun, ga peduli seberapa pekat ikatan darah kalian.

Duh di belakang rumah banyak mas-mas gitaran nyanyi lagu mulai dari sahabat kecil sampe begitu indah haha kedistract deh punten :'D lol. lanjut deh ya. Begitu juga halnya dalam hubungan pertemanan yang saya alami secara langsung. Saya dan tujuh orang teman sekelas waktu kelas 11 dan 12 SMA menjalin pertemanan yang sangat dekat. Banyak suka, bahkan sampe senyeseknya duka pun dulu udah dialamin bareng. Mulai dari ketawa-tawa ga jelas karna hal sepele yang kadang cuma kami yang ngerti, sampe nangis sendu di atas rooftop gedung berlantai enam karna mikirin target masa depan, dramatis banget lah hahaha. Sampai akhirnya kami harus terpisah kota ketika harus melanjutkan kuliah. Saya dan tiga orang lainnya berkuliah di Jakarta, Depok sih tepatnya, dua orang lagi di semarang, dan Satu orang harus merantau ke Bandung.

Mulai masa kuliah, mulai sibuk dengan tugas-tugas dan organisasi kampus. Tahun kedua, ditambah lagi mulai sibuk dan asik sama teman-teman baru, yaa because we need to socialize everywhere, right? Being an independent person is indeed impossible. Tahun ketiga ditambah lagi, mulai sibuk sama magang. Tahun keempat? Tugas akhir. Seems like there's no end if we just look at how busy our lives are. Looking at what we have to do, time we have left, chased by deadline, soooo tiring. Maka dari itu, sebenernya cuma satu yang dibutuhkan untuk menjaga, meng-keep suatu hubungan dengan orang lain. And that is? Sincerity...

Ketika kamu tulus menyayangi orang lain, ingin menjaga hubungan tersebut til the end of your life, you just need to be sincere towards that person. Paham kalau dia juga punya kehidupannya sendiri di tempat dan waktu yang berbeda, paham bahwa dia juga makhluk sosial yang harus bersosialisasi dan punya rekan-rekan lain di luar sana, paham bahwa dia juga punya keluarga dan ga seharusnya kita minta waktunya ketika waktu sama keluarganya pun udah terlalu banyak tersita kesibukan pribadi. Paham, yakin, bahwa kita sama-sama ingin menjaga bond yang udah terbentuk di antara kita, walaupun kondisinya gaakan pernah sama lagi. Ketika kamu tulus, maka kamu akan bisa paham, dan misunderstanding yang nantinya memicu perpecahan bakal bisa dihindari.

Ketemuan setahun sekali, syukur-syukur bisa dua-tiga kali setahun, syukuri aja. Cuma tau kabarnya via update di sosial media? at least u know that they are doin fine there. Kangen banget? Tinggal chat, atau kalau takut ganggu atau waktunya terlalu sempit buat sekedar chat tanya kabar, ya liat aja sosial media nya atau foto-foto lama di laptop, handphone, or... facebook, maybe? hehe. Nanti ada waktunya kok, tenang aja, everything has "its time". Ajakin ketemuan pas liburan, sekali dua kali setahun gapapa, yang penting bisa disempetin tatap muka. Nanti pas ketemu juga biasa aja, asik lagi kayak balik ke kalian di masa lalu dan gaada yang berubah, berbeda.

Time, distance, is just a simple hurdle, sincerity is what really matters. When you are sincere towards your people, there's no room for any misunderstanding to comes along your way...
Continue Reading...

Monday, July 25, 2016

Roti, Kenangan, dan Kesederhanaan


Hello peeps! Jadi gini, tadi sekitar jam 9 tiba-tiba pengen ngunyah(?). Wkwk parah yaa malem loh. Yea it's just happen sometimes. Dan akhirnya liat roti tawar di meja, terus tiba-tiba kepikiran pengen roti tawar pake susu kental manis. Terus mikir, rasa coklat atau vanilla? Nengok kanan-kiri, eh nemu kaleng yang udah lama gapernah disentuh. Isinya? Meses. Aha! Setelah mengeluarkan dua kaleng susu kental manis rasa coklat dan vanilla dari kulkas, aku memutuskan buat bikin roti tawar pake susu coklat dan meses! Yeaay! Selembar doang ko rotinyaa selembar :') haha

Omong-omong soal roti coklat meses..... jadi inget dulu waktu kecil (iya, saya juga pernah kecil^^) ibu suka bikinin roti tawar pake susu dan meses. Roti dioles mentega, kasih susu kental manis, taburin meses, kasih keju parut atau slice. Buat sarapan, kadang bawa bekal. Kadang juga ditoast dulu rotinya. Ah, pikiran jadi melayang ke masa anak-anak yang dulu seneng-seneng aja... There's almost no worries. :')

Mikir roti coklat meses dulu, jadi keinget sekarang kayak apa. Ibu kadang suka bikin saus keju sama bolognaise di rumah. Iya saus keju home made, lebih enaaak dari saus nya rich*ese f*ctory itu lho. Ya iya, kejunya bejubel :') Terus saus bolognaise yang bisa buat pizza atau pasta, optional :) Nah berhubung dua saus itu nikmatnya luarbiasa, udah lama ini sukanya bikin roti tawar ditoast kasih dua saus itu. Agak lebih "classy" gitu kesannya ya wkwkwk ga deng padahal mah. Cuma karna suka aja ngabisin bikinannya ibu hehehe._.v

Kalau dipikir-pikir, roti saus keju bolognaise vs roti coklat mesis, "kesan" nya beda ya. Kalau kalian ditawarin, lebih suka dan pilih yang mana? Yang lebih kekinian (roti saus keju bolognaise) atau yang sederhana (roti coklat meses)? Jujur aja kalau ditanya lebih suka yang mana, saya lebih suka yang saus keju bolognaise. Tapi ada saat-saat dimana saya cuma pengen makan roti coklat meses. Ada saat-saat dimana kesederhanaan yang mengalirkan sebuah kenangan lebih terasa menggoda dan nyaman dibanding yang kekinian....

Saya juga jadi ingat, dulu nenek buyut saya dari ibu rajin banget puasa sunnah. Nenek suka bikin timun pake air dan gula gitu buat buka puasa, atau kadang cuma beli roti di abang-abang keliling yang lewat depan rumah. Sepotong roti coklat, kadang gaada isinya, terus makannya dicelup ke teh panas. Saya yang suka liatin nenek buka puasa jadi kebiasaan hampir tiap sore beli roti buat dicelup ke teh panas.

Kalian pasti pernah liat kan, abang-abang roti gerobak putih-biru yang keliling naik sepeda? Terus ada apatuh yang bunyi kayak klakson ditaro di sepedanya. Ah, jadi inget nenek dulu suka berdua makan roti dicelup teh sore-sore :") Oh iya, dulu juga ada abang-abang roti pikulan. Jual segala macam roti meses, selai, dan ada donat. Saya suka beli donat gula sama roti buaya di abang pikulan loh dulu. hehe.

Sekarang? Hmm segalanya serba "kekinian". Kue cubit green tea lah,  taro, red velvet, martabak juga, selai-selai coklat asal jerman itu lah. Ga munafik sih,saya juga sesekali suka beli. Inovasi kan, dan toh orang jadi suka lagi makan kue jajanan tradisional dengan rasa yang udh "diupgrade". Tapi, pernah ga sih, despite that much of modern foods, you just want the simple one? The one with pure taste, a taste that brings your childhood memories back?

Kadang, saya cuma pengen ngerasain rasa pure yang aku inget dari masa kecil dulu. Not to mention abang kue cubit dan laba-laba, kue rangi dan kue putu yang hampir selalu lewat depan rumah tiap sore. Abang jagung pretel pake gula yang dikemas di plastik terus sendoknya dari daun pisang... kalau abang itu lewat depan rumah bunyi nya khas banget haha if you know what i mean. Bunyi gerobak kue putu juga. Ah, pokoknya segalanya serba sederhana. Kalau ga manis gula, rasa coklat, kadang coklatnya pun cuma dari meses. Selainya kue rangi.... ah, enak banget.

Emang sih, namanya kita manusia modern, lebih cenderung ikutin jaman dan jadi serba kekinian. Tapi dibalik itu, kadang sebuah kesederhanaan dari masa lalu bisa membangkitkan kenangan dan malah bikin kita lebih memilih untuk menikmati kesederhanaan tersebut. Karena sedewasa dan semodern apapun kita sekarang, kita berasal dan bermula dari masa lalu dimana banyak hal masih sangat pure dan sederhana.

Kesederhanaan dan kenangan... Seperti hal nya roti coklat mesis. Penganan yang dapat dibuat dalam waktu kurang dari lima menit, rasa yang tidak begitu mencolok, hanya manis, namun tetap dapat diingat sampai kapanpun. Ahahaha apadeh nin, lol. Pokoknya i heart you lah, my roti coklat meses! Wkwkwk. Well, then, see you!^^

Regards,
Penikmat roti.
Continue Reading...

Followers

Follow The Author